Obesitas di Usia Pre-School
Sebagai orangtua yang sadar akan kesehatan, tentu Bunda telah mengetahui bahwa obesitas atau kegemukan tidaklah baik bagi kesehatan buah hati Bunda apalagi jika di alami saat anak usia pre-school. Namun tahukah Bunda seberapa dini kecenderungan obesitas mulai muncul?
Kapan Obesitas Dapat Muncul?
Banyak orang yang berpendapat bahwa kegemukan merupakan urusan “nanti”. Padahal, para peneliti menunjukkan bahwa kegemukan dapat dimulai sejak dini. Tidak percaya? Para ahli menunjukkan bahwa kelebihan berat badan ini dapat timbul sejak si kecil berusia kurang dari 5 tahun atau sejak usia pre-school. Yang perlu diperhatikan, kegemukan pada masa kanak-kanak dapat membawa dampak buruk, mulai dari kecenderungan gemuk di usia dewasa, kekakuan pembuluh darah jantung di usia dini, sampai low self esteem (merasa rendah diri) di kemudian hari.
Bagaimana dengan di Indonesia? Penelitian menunjukkan bahwa 1 di antara 10 anak usia sekolah (6-14 tahun) tergolong kegemukan. Adapun prevalensi obesitas ini cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini tentu mengkhawatirkan. Penyebabnya, anak-anak yang alami kelebihan berat badan cenderung tumbuh menjadi orang dewasa yang juga mengalami obesitas. Padahal, obesitas berkaitan dengan gangguan kesehatan di kemudian hari.
Eat, Live, Play
Masa balita dan masa kanak-kanak di usia pre-school adalah masa-masa penting dimana kebiasaan dan gaya hidup dibentuk. Bukan tidak mungkin kebiasaan tersebut terbawa sampai dewasa nanti. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa kebiasaan makan anak sejak usia dini dapat mempengaruhi kecenderungannya mengalami obesitas. Sebagai contoh, anak-anak yang terbiasa makan saat sedang kesal, mengambek, atau bosan lebih rentan mengalami obesitas. Penyebabnya, mereka akan makan pada kondisi-kondisi tersebut (misalnya: saat marah atau kesal), walaupun sebenarnya tidak merasa lapar.
Tidak hanya pola makan saja, kebiasaan melakukan aktivitas fisik juga dapat dibentuk sejak kecil. Anak-anak yang terbiasa bermain game komputer atau menonton TV cenderung kurang melakukan aktivitas fisik, baik kini maupun di kemudian hari. Hasilnya, asupan kalori bisa menjadi lebih besar dari jumlah kalori yang digunakan, sehingga kegemukan pun terjadi.
Peran Bunda: Orangtua, Teman, dan Role Model
Memang tidak mudah mengubah kebiasaan anak, namun Bunda dapat membantunya beralih ke kebiasaan yang lebih baik. Sebagai orangtua, Bunda dapat menyiapkan makanan sehat dengan nutrisi seimbang atau memberikan reward yang bukan berupa makanan apabila si kecil berhasil melakukan sesuatu. Sebagai teman, Bunda mengajaknya beraktivitas dan berekreasi bersama. Sedangkan sebagai role model, Bunda dapat menjalankan gaya hidup sehat, sehingga si kecil akan meniru kebiasaan sehat Bunda. Peran Bunda sangatlah penting dalam menentukan kualitas hidup sang buah hati di kemudian hari.
Act, move, and live healthily for you and your children!
References:
1. Moffat, T. 2010. The “Childhood Obesity Epidemic.” Medical Anthropology Quarterly 24: 1-21.
2. Must, A. and R.S. Strauss. 1999. Risks and Consequences of Childhood and Adolescent Obesity. International Journal of Obesity 23: S2-S11.
3. Strauss, R.S. 2000. Childhood Obesity and Self-Esteem. Pediatrics 105: 15.
4. Usfar, A.A. 2010. Obesity as a Poverty-Related Emerging Nutrition Problems: The Case of Indonesia. Obesity Reviews – Published Ahead of Print
5. Spence, J.C., et. al. 2010. Examining behavioural susceptibility to obesity among Canadian pre-school children: The role of eating behaviours. International Journal of Pediatric Obesity DOI: 10.3109/17477166.2010.512087
6. Liang, T., et. al. 2009. Nutrition and Body Weights of Canadian Children Watching Television and Eating While Watching Television. Public Health Nutrition 12: 2457-2463.